Akhlak dalam Perspektif Alquran dan Hadits
1. Akhlak dalam Perspektif Alquran
Muhammad Fuad Abdul Baqi (tt : 311) mencatat bahwa dalam Alquran lafadz
khulq ditemukan dalam dua surat, yaitu surat asy-Syu’ara ayat 137 dan
surat al-Qalam ayat empat.
a. Surat asy-Syu’ara ayat 137
إِنْ هذا إلا خلق الأولين
(Yang demikian) ini tidak lain melainkan perangai orang-orang yang dahulu (Tafsir al-Furqon : 2004 : 726).
Ibnu Katsir (2009 : 3 : 1357) menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan
jawaban kaum Hud terhadap Hud setelah ia memberikan peringatan dan
ancaman kepada mereka. Pada ayat tersebut Allah swt menggunakan lafadz
khulq, A Hasan menafsirkan bahwa khulq pada ayat tersebut adalah
perangai.
b. Surat al-Qalam ayat 4
وإنك لعلى خلق عظيم
Dan sesungguhnya engkau (diciptakan) atas perangai yang besar (Tafsir al-Furqon : 2004 : 1124)
Terkait dengan ayat tersebut Ahmad Muhammad Syakir (2008 : 3 : 494)
mencantumkan pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Sudiy, Robi’ bin Anas dan
yang lainnya, menurut mereka maknanya adalah sesungguhnya (Muhammad)
engkau benar-benar berada dalam agama yang agung. Dari penjelasan ayat
tersebut, maka khuluq juga dapat diartikan agama.
Berdasarkan pemaparan dua ayat diatas, maka penulis berkesimpulan bahwa
secara lafadz, khuluq di dalam Alquran hanya dijumpai dalam dua ayat,
yaitu surat as-Syu’ara ayat 137 yang bermakna perangai, dan surat
al-Qalam ayat empat yang bermakna agama. Tetapi, walaupun demikian bukan
berarti Alquran tidak banyak membicarakan tentang akhlak, hanya saja
perbuatan yang termasuk kategori akhlak di dalam Alquran diungkapkan
dengan ungkapan yang berbeda-beda, seperti sabar, ikhlas, tawakkal,
tawaddhu, jujur, adil dan sebagainya.
2. Akhlak dalam perspektif Hadits
Diantara hadits-hadits Nabi yang terkait dengan akhlak adalah sebagai berikut:
a. Akhlaq Rasulallah saw adalah Alquran
Ahmad Muhammad Syakir (2008 : 3 : 493) mencatat hadits yang diriwayatkan
oleh Abdurrozzaq dari Ma’mar, dari Sa’ad bin Hisyam, ia berkata : “aku
pernah bertanya kepada Aisyah, beritakanlah kepadaku tentang akhlak
Rasul, maka Aisyah menjawab : ‘apakah engkau membaca al-Quran ?’ ia
(Sa’ad) menjawab : ‘ya’, kata Aisyah :
كان خلقه القرأن
Akhlak Rasul adalah Alquran.
Selanjutnya Ahmad Muhammad Syakir menyebutkan bahwa hadits tersebut juga
diriwayatkan oleh sahabat lain, yaitu Hasan, Jubair bin Nufair dan
Mu’awiyah bin Sholih.
b. Rasulallah saw diutus untuk menyempurnakan akhlak
Dalam salah satu haditsnya Rasulallah saw pernah menyatakan
بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
Dalam catatan kaki Ihya Ulumuddin (tt : 1 : 387) terdapat keterangan
bahwa hadits tersebut ditakhrij oleh Ahmad, Hakim dan Baihaqi yang
bersumber dari hadits Abu Hurairoh. Hakim berpendapat bahwa hadits
tersebut shohih menurut shohih Muslim.
c. Rasul berdo’a agar dibaguskan akhlaknya
Do’a yang senantiasa dibaca oleh Rasulallah saw tentang akhlak baik yaitu :
أللهم كما أحسنت خقلي فأحسن خقلي
Ya Allah, sebagaimana engkau memperindah fisiku maka perbaikilah akhlakku
Dalam catatan kaki Ihya Ulumuddin (1989 : 2 : 386) terdapat keterangan
bahwa hadits tersebut ditakhrij oleh Ahmad dari hadits Ibnu Mas’ud dan
Aisyah. Kedua hadits tersebut baik, hadits Ibnu Mas’ud diriwayatkan oleh
Ibnu Hibban.
D. Mengenal Akhlak Rasul
Bila kita mengamati hadits yang menjelaskan bahwa akhlak Rasul itu
Alquran, maka kita akan memperoleh gambaran bahwa pada hakikatnya jika
kita ingin mengenal akhlak Rasul maka tidak ada jalan lain melainkan
harus mengenal Alquran lebih dekat dengan mengkajinya secara bertahap.
Ibnu Hajar (2004 : 10 : 513) mencantumkan pendapat al-Qurthubi bahwa
akhlak itu terbagi kepada dua bagian, yaitu mahmudah dan madzmumah.
Selanjutnya al-Qurthubi memberikan contoh bahwa yang termasuk kategori
akhlak mahmudah itu adalah pemaaf, murah hati, dermawan, sabar, dan
sebagainya. Sedangkan akhlak madzmumah sombong, dzholim, dusta dan
sebagainya.
Jika kita mengamati konsep yang dikemukakan oleh imam al-Qurthubi
tersebut, maka kita dapat menyimpulkan bahwa di dalam al-Quran Allah
tidak hanya menyebutkan tentang akhlak mahmudah saja, tetapi mencakup
juga akhlaq madzmumah. Akhlak mahmudah untuk dilakukan, sedangkan akhlak
madzmumah untuk ditinggalkan.
Terkait dengan akhlak Nabi saw, Al-Ghozali (1989:2:389) menyebutkan
diantara beberapa contohnya, yaitu lembut, berani, adil, pemaaf,
tangannya tidak pernah sedikit pun menyentuh tangan perempuan, dermawan,
dan sebagainya. Bila kita mengamati lebih jauh contoh akhlak maka
sebenarnya perbuatan itu tertuang di dalam Al-Quran. Sifat pemaaf
terdapat dalam surat Al-Araf : 199, Al-Maidah : 13, An-Nur : 22, dan Ali
Imran : 134. sifat Adil tertuang dalam surat An-Nahl : 90, Dermawan
dalam surat Ali Imran:134.
Selain menampilkan Akhlak Mahmudah, Rasul juga menghindari akhlak
Mazdmumah, seperti Sombong, gibah, berbuat fahsya, berdusta, dan yang
lainnya. Hal itu pun dijelaskan dalam Alquran, umpamanya Alquran
melarang seseorang berbuat fasya yang terdapat dalam surat al-An’am :
151, larangan berbuat ghibah dalam surat al-Hujurat : 12, larangan
sombong dalam surat Luqman : 18 dan masih banyak ayat-ayat lain yang
melarang berakhlak buruk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar