Jumat, 24 Juni 2016

                                           Akhlak dalam Perspektif Alquran dan Hadits
 
1. Akhlak dalam Perspektif Alquran
Muhammad Fuad Abdul Baqi (tt : 311) mencatat bahwa dalam Alquran lafadz khulq ditemukan dalam dua surat, yaitu surat asy-Syu’ara ayat 137 dan surat al-Qalam ayat empat.
a. Surat asy-Syu’ara ayat 137
إِنْ هذا إلا خلق الأولين
(Yang demikian) ini tidak lain melainkan perangai orang-orang yang dahulu (Tafsir al-Furqon : 2004 : 726).
Ibnu Katsir (2009 : 3 : 1357) menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan jawaban kaum Hud terhadap Hud setelah ia memberikan peringatan dan ancaman kepada mereka. Pada ayat tersebut Allah swt menggunakan lafadz khulq, A Hasan menafsirkan bahwa khulq pada ayat tersebut adalah perangai.
b. Surat al-Qalam ayat 4
وإنك لعلى خلق عظيم
Dan sesungguhnya engkau (diciptakan) atas perangai yang besar (Tafsir al-Furqon : 2004 : 1124)
Terkait dengan ayat tersebut Ahmad Muhammad Syakir (2008 : 3 : 494) mencantumkan pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Sudiy, Robi’ bin Anas dan yang lainnya, menurut mereka maknanya adalah sesungguhnya (Muhammad) engkau benar-benar berada dalam agama yang agung. Dari penjelasan ayat tersebut, maka khuluq juga dapat diartikan agama.
Berdasarkan pemaparan dua ayat diatas, maka penulis berkesimpulan bahwa secara lafadz, khuluq di dalam Alquran hanya dijumpai dalam dua ayat, yaitu surat as-Syu’ara ayat 137 yang bermakna perangai, dan surat al-Qalam ayat empat yang bermakna agama. Tetapi, walaupun demikian bukan berarti Alquran tidak banyak membicarakan tentang akhlak, hanya saja perbuatan yang termasuk kategori akhlak di dalam Alquran diungkapkan dengan ungkapan yang berbeda-beda, seperti sabar, ikhlas, tawakkal, tawaddhu, jujur, adil dan sebagainya.
2. Akhlak dalam perspektif Hadits
Diantara hadits-hadits Nabi yang terkait dengan akhlak adalah sebagai berikut:
a. Akhlaq Rasulallah saw adalah Alquran
Ahmad Muhammad Syakir (2008 : 3 : 493) mencatat hadits yang diriwayatkan oleh Abdurrozzaq dari Ma’mar, dari Sa’ad bin Hisyam, ia berkata : “aku pernah bertanya kepada Aisyah, beritakanlah kepadaku tentang akhlak Rasul, maka Aisyah menjawab : ‘apakah engkau membaca al-Quran ?’ ia (Sa’ad) menjawab : ‘ya’, kata Aisyah :
كان خلقه القرأن
Akhlak Rasul adalah Alquran.
Selanjutnya Ahmad Muhammad Syakir menyebutkan bahwa hadits tersebut juga diriwayatkan oleh sahabat lain, yaitu Hasan, Jubair bin Nufair dan Mu’awiyah bin Sholih.
b. Rasulallah saw diutus untuk menyempurnakan akhlak
Dalam salah satu haditsnya Rasulallah saw pernah menyatakan
بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
Dalam catatan kaki Ihya Ulumuddin (tt : 1 : 387) terdapat keterangan bahwa hadits tersebut ditakhrij oleh Ahmad, Hakim dan Baihaqi yang bersumber dari hadits Abu Hurairoh. Hakim berpendapat bahwa hadits tersebut shohih menurut shohih Muslim.
c. Rasul berdo’a agar dibaguskan akhlaknya
Do’a yang senantiasa dibaca oleh Rasulallah saw tentang akhlak baik yaitu :
أللهم كما أحسنت خقلي فأحسن خقلي
Ya Allah, sebagaimana engkau memperindah fisiku maka perbaikilah akhlakku
Dalam catatan kaki Ihya Ulumuddin (1989 : 2 : 386) terdapat keterangan bahwa hadits tersebut ditakhrij oleh Ahmad dari hadits Ibnu Mas’ud dan Aisyah. Kedua hadits tersebut baik, hadits Ibnu Mas’ud diriwayatkan oleh Ibnu Hibban.
D. Mengenal Akhlak Rasul
Bila kita mengamati hadits yang menjelaskan bahwa akhlak Rasul itu Alquran, maka kita akan memperoleh gambaran bahwa pada hakikatnya jika kita ingin mengenal akhlak Rasul maka tidak ada jalan lain melainkan harus mengenal Alquran lebih dekat dengan mengkajinya secara bertahap.
Ibnu Hajar (2004 : 10 : 513) mencantumkan pendapat al-Qurthubi bahwa akhlak itu terbagi kepada dua bagian, yaitu mahmudah dan madzmumah. Selanjutnya al-Qurthubi memberikan contoh bahwa yang termasuk kategori akhlak mahmudah itu adalah pemaaf, murah hati, dermawan, sabar, dan sebagainya. Sedangkan akhlak madzmumah sombong, dzholim, dusta dan sebagainya.
Jika kita mengamati konsep yang dikemukakan oleh imam al-Qurthubi tersebut, maka kita dapat menyimpulkan bahwa di dalam al-Quran Allah tidak hanya menyebutkan tentang akhlak mahmudah saja, tetapi mencakup juga akhlaq madzmumah. Akhlak mahmudah untuk dilakukan, sedangkan akhlak madzmumah untuk ditinggalkan.
Terkait dengan akhlak Nabi saw, Al-Ghozali (1989:2:389) menyebutkan diantara beberapa contohnya, yaitu lembut, berani, adil, pemaaf, tangannya tidak pernah sedikit pun menyentuh tangan perempuan, dermawan, dan sebagainya. Bila kita mengamati lebih jauh contoh akhlak maka sebenarnya perbuatan itu tertuang di dalam Al-Quran. Sifat pemaaf terdapat dalam surat Al-Araf : 199, Al-Maidah : 13, An-Nur : 22, dan Ali Imran : 134. sifat Adil tertuang dalam surat An-Nahl : 90, Dermawan dalam surat Ali Imran:134.
Selain menampilkan Akhlak Mahmudah, Rasul juga menghindari akhlak Mazdmumah, seperti Sombong, gibah, berbuat fahsya, berdusta, dan yang lainnya. Hal itu pun dijelaskan dalam Alquran, umpamanya Alquran melarang seseorang berbuat fasya yang terdapat dalam surat al-An’am : 151, larangan berbuat ghibah dalam surat al-Hujurat : 12, larangan sombong dalam surat Luqman : 18 dan masih banyak ayat-ayat lain yang melarang berakhlak buruk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar